TUGAS SEJARAH

NAMA : AINI
SWASTIKA RANNY
KELAS:
XA
NO : 04
SMA NEGERI 1 SEYEGAN
ZAMAN PALEOLITIKUM
Pada zaman ini alat-alat terbuat
dari batu yang masih kasar dan belum dihaluskan. Contoh alat-alat tersebut
adalah:
1. Kapak Genggam
1. Kapak Genggam
Kapak genggam banyak ditemukan di
daerah Pacitan. Alat ini biasanya disebut "chopper" (alat
penetak/pemotong)
Alat ini dinamakan kapak genggam karena alat tersebut serupa dengan kapak, tetapi tidak bertangkai dan cara mempergunakannya dengancara menggenggam. Pembuatan kapak genggam dilakukan dengan cara memangkas salah satu sisi batu sampai menajam dan sisi lainnya dibiarkan apa adanyasebagai tempat menggenggam. Kapak genggam berfungsi menggali umbi, memotong, dan menguliti binatang.
Alat ini dinamakan kapak genggam karena alat tersebut serupa dengan kapak, tetapi tidak bertangkai dan cara mempergunakannya dengancara menggenggam. Pembuatan kapak genggam dilakukan dengan cara memangkas salah satu sisi batu sampai menajam dan sisi lainnya dibiarkan apa adanyasebagai tempat menggenggam. Kapak genggam berfungsi menggali umbi, memotong, dan menguliti binatang.
2. Kapak Perimbas
Kapak perimbas berpungsi untuk
merimbas kayu, memahat tulang dan sebagai senjata. Manusia kebudayan Pacitan
adalah jenis Pithecanthropus. Alat ini juga ditemukan di Gombong (Jawa Tengah),
Sukabumi (Jawa Barat), lahat, (Sumatra selatan), dan Goa Choukoutieen
(Beijing). Alat ini paling banyak ditemukan di daerah Pacitan, Jawa Tengah
sehingga oleh Ralp Von Koenigswald disebut kebudayan pacitan.
3. Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa
3. Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa
Salah satu alat peninggalan zaman
paleolithikum yaitu alat dari tulang binatang. Alat-alat dari tulang ini
termasuk hasil kebudayaan Ngandong. Kebanyakan alat dari tulang ini berupa alat
penusuk (belati) dan ujung tombak bergerigi. Fungsi dari alat ini adalah untuk
mengorek ubi dan keladi dari dalam tanah. Selain itu alat ini juga biasa
digunakan sebagai alat untuk menangkap ikan.
4. Flakes
4. Flakes
Flakes
yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu Chalcedon, yang dapat digunakan
untuk mengupas makanan. Flakes termasuk hasil kebudayaan Ngandong sama seperti
alat-alat dari tulang binatang. Kegunaan alat-alat ini pada umumnya untuk
berburu, menangkap ikan, mengumpulkan ubi dan buah-buahan.
ZAMAN
LOGAM
Pada
zaman Logam orang sudah dapat membuat alat-alat dari logam di samping alat-
alat dari batu.• Orang sudah mengenal teknik melebur logam, mencetaknya menjadi
alat-alat yang diinginkan.• Teknik pembuatan alat logam ada dua macam, yaitu
dengan cetakan batu yang disebut bivalve dan dengan cetakan tanah liat dan
lilin yang disebut a cire perdue.Periode ini juga disebut masa perundagian
karena dalam masyarakat timbul golongan undagi yang terampil melakukan
pekerjaan tangan.• Zaman logam ini dibagi atas: – 1. Zaman Perunggu – 2. Zaman
Besi – 3. Zaman Tembaga (tidak terlalu berkembang di indonesia)

MANUSIA NOMADEN “FOOD GATERING”
Bangsa Nomaden atau bangsa pengembara, adalah
berbagai komunitas masyarakat yang memilih hidup berpindah-pindah dari suatu
tempat ke tempat lain di padang pasir atau daerah bermusim dingin, daripada
menetap di suatu tempat. Masyarakat yang berpindah-pindah tempat tetapi bukan
di padang pasir atau daerah bermusim dingin, disebut sebagai kaum gipsi. Banyak kebudayaan dahulunya secara tradisional hidup nomaden, akan
tetapi kebiasaan tradisional nomaden tersebut semakin lama semakin berkurang di
negara-negara yang telah mengalami industrialisasi.
Terdapat tiga macam kehidupan nomaden,
yaitu sebagai pemburu-peramu (hunter-gatherers), penggembala (pastoral nomads), dan pengelana(peripatetic nomads). Berburu-meramu adalah metode bertahan hidup
yang paling lama bertahan dalam sejarah manusia, dan para pelakunya berpindah
mengikuti musim tumbuhan liar dan hewan buruan. Para penggembala memelihara
ternak dan berpindah ke tempat lain bersama piaraannya, agar tidak membuat
suatu ladang penggembalaan habis dan tidak bisa diperbaiki lagi. Kaum pengelana
umumnya banyak terdapat di negara-negara yang telah mengalami industrialisasi,
dan para pelakunya berpindah-pindah tempat untuk menawarkan barang dagangan di
mana saja mereka singgah.

ZAMAN MANUSIA FOOD PRODUCING
Semakin lama,
pola bercocok tanam dan beternak semakin berkembang. Terdorong oleh pergeseran
kebutuhan dari semula menanam umbi-umbian menjadi menanam padi, manusia lantas
membuat perkakas yang semakin efektif dan efisien.
Hasil-hasil
temuan yang menunjukkan budaya pada saat itu adalah beliung persegi, kapak
lonjong, mata panah, gerabah, dan perhiasan.
1. Beliung persegi: diduga dipergunakan dalam upacara; banyak ditemukan
di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Semenanjung Melayu, dan
beberapa daerah di Asia Tenggara.
2. Kapak lonjong: umumnya terbuat dari batu kali yang berwarna
kehitam-hitaman; dibuat dengan cara diupam hingga halus; ditemukan di daerah
Maluku, Papua, Sulawesi Utara, Filipina, Taiwan, Cina.
3. Mata panah: digunakan sebagai alat berburu dan menangkap ikan;
untuk menangkap ikan mata panahnya dibuat bergerigi dan terbuat dari tulang,
mata panah untuk menangkap ikan ini banyak ditemukan di dalam goa-goa di pinggir
sungai; orang Papua kini masih menggunakan mata panah untuk menangkap ikan dan
berburu, namun terbuat dari kayu.
4. Gerabah: terbuat dari tanah liat yang dibakar; digunakan
sebagai tempat menyimpan benda-benda perhiasan; biasanya dihiasi motif-motif
hias yang indah.
5. Perhiasan: terbuat dari tanah liat, batu kalsedon, yaspur, dan agat; dapat berwujud
kalung, gelang, anting-anting; bila seseorang meninggal maka ia akan dibekali
perhiasan di dalam kuburannya. ALAT-ALAT KEBUDAYAAN PADA MASA
PERTANIAN/BERCOCOK TANAM
• Beliung persegi. Memiliki fungsi yang berkaitan dengan dimensi kepercayaan. Tempat penemuannya antara lain meliputi daerah Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara.
• Beliung persegi. Memiliki fungsi yang berkaitan dengan dimensi kepercayaan. Tempat penemuannya antara lain meliputi daerah Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara.
• Kapak Lonjong. Memiliki fungsi sebagai alat ekonomi: memotong makanan. Memiliki bentuk yang memperlihatkan sebuah bidang berbentuk lonjong, terbuat dari batu kali hitam dengan seni pembuatan yang sudah diupam. Banyak ditemukan di Maluku, Irian, dan daerah Sulawesi bagian Utara.
• Mata Panah. Memiliki fungsi ekonomi: antara lain sebagai alat untuk menangkap ikan. Terbuat dari batu serpih, tulang, dan kemunginan besar juga kayu yang diruncing bagian ujungnya dan dibuat bergerigi pada bagian pinggirnya. Jadi memiliki bentuk yang berbeda dengan mata panah untuk berburu. Banyak ditemukan di dalam gu-gua yang ada di daerah patai atau sungi.
• Aneka benda gerabah (terbuat dari tanah liat). Memiliki fungsi sebagai wadah atau tempat untuk menyimpan. Tradisi gerabah pun hingga saat ini masih menjadi tradisi masyarakat di beberapa daerah atau desa tradisional Indonesia, seperti di Yogyakarta.
ALAT-ALAT KEBUDAYAAN PADA MASA PERUNDAGIAN
• Nekara
Nekara merupakan semacam berumbung yang terbuat dari perunggu yang berpinggang dibagian tengahnya dan sisi atasnya tertutup. Diantara nekara yang ditemukan di Indonesia hanya beberapa saja yang ditemukan dalam keadaan utuh. Nekara banyak ditemukan di Sumatra, Jawa, Bali, Pulau Sangean dekat Sumbawa, Roti, Leti, Selayar dan di Pulau Kei. Nekara berfungsi sebagai sarana dalam upacara keagamaan.
• Kapak Perunggu
Secara tipologis kapak perunggu dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu kapak corong dan kapak upacara. Kapak corong disebut juga kapak sepatu, maksudnya kapak yang bagian atasnya berbentuk corong yang sembirnya belah, sedangkan dalam corong itulah dimasukan tangkai kayunya yang menyiku kapada bidang kapak. Jadi seolah-olah kapak disamakan dengan sepatu dan tangkainya diibaratkan sebagai kaki orang.
Kapak corong ditemukan di Sumatra Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi Tengah dan Selatan, Pulau Selayar dan di Irian dekat danau Sentani. Tidak semua kapak dipergunakan sebagai kapak. Yang kecil umpamanya mungkin sebagai tugal, sedangkan yang indah dan candrasa dipergunakan sebagai tanda kebesaran dan alat upacara saja. Di Bandung ditemukan cetakan-cetakan dari tanah baker untuk menuangkan kapak corong.
• Bejana
Di Indonesia di temukan dua bejana yaitu di Sumatra dan Madura. Bejana perunggu berbentuk bulat panjang seperti keranjang tempat ikan yang diikat di pinggang. Bejana ini dibuat dari dua lempengan perunggu yang cembung diletakan dengan pacuk besi pada sisinya.
Bejana perunggu yang ditemukan di Kerici (Sumatra), bentuknya seperti periuk tetapi langsing dan gepeng berukuran panjang 50,8 cm dan lebar 37 cm. Sedangkan bejana yang ditemukan di Sampang (Madura)mempunyai ukuran tinggi 90 cm dan lebar 54 cm. Kedua-duanya memiliki hiasan ukiran yang serupa dan sangat indah, berupa gambar-gambar geometrid an pilin-pilinyang mirip huruf ‘j’.
• Arca Perunggu
Arca perunggu/patung yang berkembang pada zaman logam memiliki bentuk beranekaragam, ada yang berbentuk manusia, ada juga yang berbentuk binatang.
Pada umumnya arca perunggu bentuknya kecil-kecil dan dilengkapi cincin pada bagian atasnya. Adapun fungsi dari cincin tersebut sebagai alat untuk menggantungkan arca itu sehingga tidak mustahil arca perunggu yang kecil dipergunakan sebagai Liontin/bandul kalung.
• Perhiasan
Biasanya dibuat berupa gelang, cincin, kalung dan hiasan lainnya. Gelang yang berhias pada umumnya besar dan tebal. Pola hias pada gelang-gelang berupa pola tumpal, garis tangga dan duri ikan.
• Manik manic
Manik -manik yang berasal dari jaman perunggu ditemukan dalam jumlah yang besar sebagai bekal kubur, sehingga memberikan corak istimewa pada zaman perunggu.
Adapun teknik pembuatan alat-alat perunggu pada zaman prasejarah terdiri dari 2 cara yaitu:
1. Teknik a cire perdue atau cetakan lilin, caranya adalah membuat bentuk benda yang dikehendaki dengan lilin, setelah membuat model dari lilin maka ditutup dengan menggunakan tanah, dan dibuat lubang dari atas dan bawah. Setelah itu dibakar, sehingga lilin yang terbungkus dengan tanah akan mencair, dan keluar melalui lubang bagian bawah. Untuk selanjutnya melalui lubang bagian atas dimasukkan cairan perunggu, dan apabila sudah dingin, cetakan tersebut dipecah sehingga keluarlah benda yang dikehendaki.
2. Teknik bivalve atau setangkap, caranya yaitu menggunakan cetakan yang ditangkupkan dan dapat dibuka, sehingga setelah dingin cetakan tersebut dapat dibuka, maka keluarlah benda yang dikehendaki. Cetakan tersebut terbuat dari batu ataupun kayu.
ALAT-ALAT KEBUDAYAAN ZAMAN MEGALITHIKUM
1. Menhir, adalah tugu batu yang didirikan sebagai tempat pemujaan untuk memperingati arwah nenek moyang.
2. Dolmen, adalah meja batu, merupakan tempat sesaji dan pemujaan kepada roh nenek moyang.
3. Sarchopagus atau keranda, bentuknya seperti lesung yang mempunyai tutup.
4. Kubur batu/peti mati yang terbuat dari batu besar yang masing-masing papan batunya lepas satu sama lain.
5. Punden berundak-undak, bangunan tempat pemujaan yang tersusun bertingkat-tingkat.
ALAT-ALAT KEBUDAYAAN ZAMAN NEOLITHIKUM
1. Kapak Persegi, misalnya Beliung, Pacul dan Torah untuk mengerjakan kayu. Ditemukan di Sumatera, Jawa, bali, Nusatenggara, Maluku, Sulawesi dan Kalimantan.
2. Kapak Bahu, sama seperti kapak persegi ,hanya di bagian yang diikatkan pada tangkainya diberi leher. Hanya di temukan di Minahasa.
3. Kapak Lonjong, banyak ditemukan di Irian, Seram, Gorong, Tanimbar, Leti, Minahasa dan Serawak.
4. Perhiasan ( gelang dan kalung dari batu indah), ditemukan di jawa.
5. Pakaian (dari kulit kayu).
6. Tembikar (periuk belanga), ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, Melolo(Sumba).
KEHIDUPAN MANUSIA PADA ZAMAN PALEOZOIKUM SAMPAI ZAMAN LOGAM
1) Zaman Arkaekum / Azoikum (ZAMAN TERTUA)
Zaman Arkaekum ± 2500 juta tahun,
bumi masih berbentuk bola pijar berputar pada porosnya, suhu udara panas, iklim
dan cuaca tidak stabil, dan belum ada tanda tanda kehidupan.
(2) Zaman Paleozoikum (ZAMAN KEHIDUPAN
TUA)
Zaman paleozoikum ±340 juta
tahun, iklim dan cuaca masih berubah rubah, curah hujan sangat tinggi, keadaan
lingkungan di bumi belum stabil. Hujan yang terus menerus membanjiri permukaan
bumi yang panas, mendinginkan, dan membentuk genangan air. Pada Zaman ini mulai
muncul tanda tanda kehidupan dengan munculnya makhluk pertama di bumi “makhluk
bersel satu (microorganisme) seperti protozoa, dan berkembang hewan yang tidak
bertulang punggung seperti jenis ikan dan jenis ganggang atau rumput rumputan.
(3) Zaman
Mesozoikum (ZAMAN KEHIDUPAN PERTENGAHAN)
Zaman Mesozoikum ±140 juta tahun
, keadaan iklim dan cuaca berangsur angsur membaik, makhluk hidup yang muncul
pada zaman ini adalah binatang binatang reptile yang mempunyai ukuran badan
sangat besar. Zaman mesozoikum disebut juga zaman reptile atau ZAMAN KEDUA
(4) Zaman
Neozoikum / Kaenozoikum
Zaman Neozoikum ±60 juta tahun,
kedaan bumi semakin membaik , cuaca dan iklim semakin stabil dan kehidupan
semakin berkembang dengan pesat. Zaman Neozoikum dibedakan menjadi dua,yaitu
4.1 Zaman Tersier
merupakan ZAMAN
KETIGA
Pada
Zaman ini binatang purba yang raksasa mulai berkurang jumlahnya, sedikit demi
sedikit ,lama kelamaan punah karena tidak dapat lagi beradaptasi dengan
lingkungan yang ganas dan digantikan dengan munculnya binatang yang manis dan
lucu antara lain binatang menyusui, kera ,monyet, orang hutan dan Gigantropus
(Manusia Kera Raksasa). Giganthropus ditemukan di Bukit Siwalik di kaki
pegunungan Himalaya dan didekat Simia (India Utara).
4.2 Zaman
Kuarter merupakan ZAMAN
KEEMPAT
Pada
zaman ini munculah tanda tanda kehidupan manusia purba , zaman ini dibedakan
menjadi:
4.2.1 Kala
Pleistosen (DILUVIUM)
Zaman ini
dinamakan juga zaman Es atau zaman Glasial. Keadaan permukaan bumi semakin
membaik ,daerah yang jauh dari Kutup terjadi hujan lebat yang terus menerus
sepanjang tahun . Es dari kutup Utara mencair hingga menutupi sebagian Eropa
Utara,Asia Utara, dan Amerika
4.2.2 Kala Holosen
(ALLUVIUM)
Sebagian
Es di kutub Utara sudah mencair mengakibatkan permukaan air laut naik. Muncul
pulau pulau di Nusantara dan dataran rendah di paparan Sunda dan paparan Sahul
tergenang air dan menjadi laut Transgresi. Pada Zaman ini mulai hidup jenis
manusia Homo Sapiens yaitu jenis manusia seperti sekarang.
Zaman Batu Tua
Zaman batu tua (palaeolitikum)
disebut demikian sebab alat-alat batu buatan manusia masih dikerjakan secara
kasar, tidak diasah atau dipolis. Apabila dilihat dari sudut mata pencariannya,
periode ini disebut masa food gathering (mengumpulkan
makanan), manusianya masih hidup secara nomaden (berpindah-pindah) dan belum
tahu bercocok tanam.
Terdapat dua kebudayaan
yang merupakan patokan zaman ini, yaitu:
1. Kebudayaan Pacitan
(Pithecanthropus)
2. Kebudayaan Ngandong, Blora
(Homo Wajakinensis dan Homo Soloensis)
Alat-alat yang
dihasilkan antara lain: kapak genggam/perimbas (golongan chopper/pemotong),
Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa dan Flakes dari batu Chalcedon
(untuk mengupas maksut Zaman Batu Tengah
1. Ciri zaman
Mesolithikum:
a. Nomaden dan masih
melakukan food gathering (mengumpulkan makanan)
b. Alat-alat yang
dihasilkan nyaris sama dengan zaman palaeolithikum yakni masih merupakan
alat-alat batu kasar.
c. Ditemukannya
bukit-bukit kerang di pinggir pantai yang disebut Kjoken Mondinger (sampah
dapur)
c. Alat-alat zaman
mesolithikum antara lain: Kapak genggam (Pebble), Kapak pendek (hache Courte)
Pipisan (batu-batu penggiling) dan kapak-kapak dari batu kali yang dibelah.
d. Alat-alat diatas
banyak ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Flores.
e. Alat-alat kebudayaan
Mesolithikum yang ditemukan di gua Lawa Sampung, Jawa Timur yang disebut Abris
Sous Roche antara lain: Flakes (Alat serpih),ujung mata panah, pipisan, kapak
persegi dan alat-alat dari tulang.
2. Tiga bagian penting
kebudayaan Mesolithikum:
a. Pebble-Culture (alat
kebudayaan kapak genggam dari Kjoken Mondinger)
b. Bone-Culture (alat
kebudayaan dari Tulang)
c. Flakes Culture
(kebudayaan alat serpih dari Abris Saus Roche)
3. Manusia pendukung
kebudayaan Mesolithikum adalah bangsa Papua--Melanosoid
Zaman Batu Muda
Ciri utama pada zaman
batu Muda (neolithikum) adalah alat-alat batu buatan manusia sudah diasah atau
dipolis sehingga halus dan indah. Alat-alat yang dihasilkan antara lain:
1. Kapak persegi, misalnya
beliung, pacul, dan torah yang banyak terdapat di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa
Tenggara, Maluku, Sulawesi, Kalimantan,
2. Kapak batu (kapak
persegi berleher) dari Minahasa,
3. Perhiasan (gelang dan
kalung dari batu indah) ditemukan di Jawa,
4. Pakaian dari kulit kayu
5. Tembikar (periuk belaga)
ditemukan di Sumatera, Jawa, Melolo (Sunda)
Manusia pendukung
Neolithikum adalah Austronesia (Austria), Austro-Asia (Khamer-Indocina)
Zaman Batu Besar
Zaman ini disebut juga
sebagai zaman megalithikum. Hasil kebudayaan Megalithikum, antara lain: 1.
Menhir: tugu batu yang dibangun untuk pemujaan terhadap arwah-arwah nenek
moyang. 2. Dolmen: meja batu tempat meletakkan sesaji untuk upacara pemujaan
roh nenek moyang 3. Sarchopagus/keranda atau peti mati (berbentuk lesung
bertutup) 4. Punden berundak: tempat pemujaan bertingkat 5. Kubur batu: peti
mati yang terbuat dari batu besar yang dapat dibuka-tutup 6. Arca/patung batu:
simbol untuk mengungkapkan kepercayaan mereka
zaman Logam
Pada zaman Logam orang
sudah dapat membuat alat-alat dari logam di samping
alat-alat dari batu. Orang
sudah mengenal teknik melebur logam, mencetaknya menjadi alat-alat yang diinginkan. Teknik pembuatan alat logam ada
dua macam, yaitu dengan cetakan batu yang disebut bivalve dan
dengan cetakan tanah liat dan lilin yang
disebut a cire perdue. Periode ini juga disebut masa perundagian
karena dalam masyarakat timbul golongan undagi yang terampil melakukan
pekerjaan tangan. Zaman logam ini dibagi atas:













Tidak ada komentar:
Posting Komentar